LAMONGAN, KAMIS — Pemilahan sampah dan pengolahan kompos menjadi komponen penilaian Adipura tahun ini. Tahun lalu belum menjadi komponen penilaian tersendiri. Kepala Badan Lingkungan Hidup Lamongan, Luluk Suprapti, Kamis (5/2), mengatakan, Pemkab Lamongan berambisi meraih Piala Adipura ketiga kalinya berturut-turut.
Berdasar Surat Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Lamongan berpeluang kembali raih Adipura karena menempati posisi pertama se-Jawa untuk kategori Kota Kecil pada penilaian pertama. Beberapa titik pantau pada penilaian tahap dua sudah dibenahi, seperti SMA Negeri 1 Lamongan yang sudah secara rutin menggelar lomba kebersihan antarkelas dan SMA Negeri 2 Lamongan telah memiliki hutan kota.
Selain itu, tahun ini juga dikenalkan konsep 3R untuk pengelolaan sampah. Oleh karena itu, konsep 3 R (reduce, reuse, dan recycle) diperkenalkan kepada masyarakat. Konsep 3R ini baru Lamongan dan Surabaya yang menerapkannya, ujarnya pada Sosialiasi Pengelolaan Sampah.
Konsep reduce, dilakukan dengan menggalakkan keranjang kompos takakura yang saat ini mencapai 1.000 unit di semua RT percontohan dan lingkungan perkantoran. Konsep reuse dengan menyosialisasikan kepada masyarakat agar kembali menggunakan botol yang tidak terpakai. Konsep recycle dengan mendaur ulang sampah plastik menjadi tutup botol air kemasan, seperti yang sudah ada di kawasan Rangge Lamongan.
Dalam pemilahan sampah dan pengolahan kompos dilakukan dengan menempatkan puluhan keranjang sampah terpilah di RT percontohan dan perkantoran. Saat ini tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Lamongan sudah memiliki mesin pencacah sampah untuk diolah menjadi kompos.
Aktivis Yayasan Mitra Alam Indonesia, Totok Nurdianto, menuturkan, saat ini sudah terjadi pergeseran paradigma sampah di masyarakat. Dulu paradigma sampah hanya menjadi masalah pemerintah, sampah dibuang di tempat sampah, diambil petugas kemudian dibawa ke tempat pembuangan sementara (TPS) lalu ke TPA.
"Kini paradigma tersebut bergeser dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk turut mengelola sampah. Kini sampah sudah menjadi tanggung jawab bersama sehingga masyarakat begitu antusias untuk turut mengelola sampahnya," kata Totok.
Totok mengatakan, dulu sampah seolah menjadi musuh manusia, tetapi kini sampah menjadi kawan manusia. Sampah jika diolah menjadi pupuk dapat memberi penghasilan bagi masyarakat. Sampah dulu dianggap sebagai barang tidak berharga, hanya dibuang saja. Namun, masalah sampah semakin kompleks. Jumlah penduduk berbanding lurus dengan jumlah sampah yang dihasilkan.
Totok mencontohkan, Kota Surabaya menghasilkan 8.300 meter kubik (m3) sampah setiap hari. Jika sampah tidak dikelola akan menjadi persoalan besar di masa mendatang. "Konsep 3R jika diterapkan dengan masif akan menjadi solusi lingkungan hidup," katanya.
sumber :
http://regional.kompas.com/read/xml/2009/02/05/18224273/Pengolahan.Kompos.Jadi.Komponen.Penilaian.Adipura.
saluttt....buat warga Lamongan yang udh peduli dengan lingkungan,klo nggak qt sendiri yg mulai nyadar diri akan bahaya sampah non organik lalu mau siapa lg...??? mulai deh jaga kebersihan di lingkungan tempat tinggal masing2,klo setiap individu udh peduli akan kebersihan,pastinya seluruh dunia bakalan ngrasain dampak positif nya...
-love our earth....
1 komentar:
hi... pernah dengar tentang BAnk sampah?
salah satu alternatif lain pengolahan sampah un organik...
lam..kenal...
Posting Komentar